Setetes Embun Pelepas Dahaga

Sabtu, 25 April 2020

Hari ke Enam

Langit tak perlu menjelaskan pada bumi mengapa ia menurunkan hujan...

Terkadang, kita tak perlu menjelaskan banyak hal agar orang mengerti apa yang kita rasakan. Kita hanya perlu menyesapi rasa hati dan berdamai dengan diri.

Berpisah dengannya sehari dengan kondisi yang tak diingini sungguh membuat gelisah diri.

Bagaimana tega seorang ibu, melihat buah hatinya yang berusia 6 hari dengan hanya dibalut selembar popok, disinar biru dengan tangisan nelangsanya. Seolah memanggil ibunya untuk segera menggendong dan memberinya susu. Dengan berat badan 2,7 gr ia meronta-meronta dengan tangisan histerisnya. Terisolasi diri dalam sekotak biru yang membuatnya merasa panas dan haus. Tak bisa apa-apa. Tak mampu mengutarakan apa keluhnya. Apa yang kurasa? Tanpa daya memberi asi karena keadaan diri. Melihatnya histeris sungguh melukai hati.

Kupompa asiku berkali-kali. 30ml untuk sekali peras. Itu pun butuh waktu lama. Dan utk merecovery lagi, harus menunggu lagi 2 jam dengan kondisi psikis yang baik.
Ingin rasanya setetes saja kutegukkan susu ini ke tenggorokannya. Menghilangkan dahaga yang bisa kurasakan juga. Tapi aku bisa apa?

Betapa ibu panik dan stres dengan berbagai keadaan, Nak...
Membayangkanmu sendiri menangis menanti asi
Dan hanya ibu yang tau seperti apa rasanya

Tak ada yang perlu dijelaskan...
Karena kita hanya butuh merasakan


Syafakallah, Nak...
Kita adalah manusia tangguh yang Allah ciptakan utk saling menguatkan...

Sabar, Nak...
Ibu selalu ada untukmu

25 Apr 2020 M
2 Ramadhan 1441 H
Depan ruang bersalin
Rs Permata Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar